Kota Pahlawan, Kota Perjuangan
(istimewa)
Ini tidak lepas dari cerita heroik dari masyarakat Surabaya yang tidak kenal takut menghadapi invansi pasukan Belanda.
Ibarat pertempuran Daud dan Goliat, masyarakat Surabaya dengan menggunakan senjata ala kadarnya melawan pasukan Sekutu dengan senjata canggih pada zamannya.
Tak pelak pertempuran tidak seimbang kala itu, mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya di kalangan masyarakat Surabaya.
Kota dimana pertempuran dahsyat terjadi juga mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan.
Gebyar Hari pahlawan 10 November 2009 yang akan datang akan digelar mulai tanggal 1-15 November.
Mulai dari acara kesenian rakyat sampai acara musik yang melibatkan sejumlah artis lokal dan ibukota akan dilakukan selama setengah bulan penuh.
Tantangan saat ini
Setiap zaman mempunyai tantangan yang harus dihadapi dengan cara yang berbeda. Enam puluh empat tahun lalu Surabaya mendapatkan tantangan kedaulatan dari pihak asing.
Bentuk perjuangan yang harus dilakukan adalah konfrontasi secara fisik.
Tantangan kota Surabaya saat ini tidak kalah sulitnya. Surabaya adalah kota tua yang merupakan kota terbesar ke-2 di Indonesia.
Dengan jumlah penduduk 3,2 juta jiwa dan luas 374,36 km2, tentunya Surabaya saat ini mempunyai kompleksitas permasalahan seperti kota metropolitan lainnya.
Tantangan pertama bagi masyarakat dan Pemkot Surabaya yang harus diperjuangkan adalah pengentasan kemiskinan bagi masyarakat Surabaya.
Tercatat ada sekitar 203.700 ribu jiwa atau lebih kurang sekitar 8 persen penduduk kota Surabaya masih dalam garis kemiskinan.
Pendapatan rata-rata perkapita masyarakat Surabaya tercatat sebesar Rp 207.508,-/bulan.
Uang sebesar itu tentulah sangat sulit untuk hidup layak di Surabaya. Dengan menggunakan indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index (PGI), kota Surabaya memiliki PGI sebesar 1.58.
Sebagai pembanding nilai PGI tertinggi adalah kota Bangkalan sebesar 6.54.
Indeks kedalaman kemiskinan/Poverty Gap Index merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Pekerjaan rumah kedua yang mendesak untuk dipecahkan adalah masalah pengangguran di Surabaya yang jumlahnya semakin meningkat. Di prediksikan ada kenaikan 100 persen jumlah pengangguran dari tahun 2008 ke 2009.
Menurut Badan perencanaan Kota Surabaya/BAPEKO jumlah pengangguran tahun 2008 sekitar 86 ribu jiwa. Akhir tahun 2009 diperkirakan jumlah pengangguran mencapai angka 172 ribu jiwa.
Apabila tidak ada langkah-langkah strategis yang diambil oleh Pemkot Surabaya, angka pengangguran untuk tahun 2010 diperkirakan mencapai angka 174 ribu jiwa.
Krisis global September 2008, merupakan salah satu sebab naiknya angka pengangguran.
Tingkat pengangguran diperparah dengan banyaknya lulusan SMU, SMK dan perguruan tinggi yang tidak juga mendapatkan pekerjaan.
Kemiskinan dan pengangguran adalah prioritas yang harus segera dibenahi.
Ke-2 permasalahan tersebut selalumenimbulkan efek domino, seperti meningkatnya jumlah kriminalitas, pelacuran, tumbuhnya pemukiman-pemukiman kumuh ditengah kota, dan masalah sosial lainnya.
Bidang pendidikan juga harus mendapatkan perhatian lebih serius oleh masyarakat dan Pemkot Surabaya.
Tercatat masih ada beberapa kecamatan di Surabaya yang belum mempunyai SMP negeri di wilayahnya, seperti kecamatan Dukuh Pakis, Benowo, dan Gununganyar.
Idealnya minimal setiap kecamatan mempunyai SD dan SMP Negeri dalam satu wilayah.
Surabaya masih kalah bersaing dengan beberapa kota seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan bahkan dari kota kecil seperti Tulungagung.
Dan yang terakhir tantangan terbesar Surabaya sebagai kota metropolitan adalah minimnya moda transportasi massal yang aman, ajeg dan terjangkau oleh masyarakat.
Jalan-jalan di Surabaya setiap hari lumpuh oleh luapan transportasi single mode, yaitu mobil pribadi dan motor.
Dengan angka pertumbuhan kepemilikan motor rata-rata sebesar 14 ribu/bulan maka tercatat jumlah motor pada bulan September 2009 sebesar 2.887.360 unit.
Sejarah mencatat bahwa perjuangan dengan semangat militanisme selalu muncul pada saat eksistensi kelompok terusik oleh kelompok yang lain.
Masyarakat Surabaya saat itu terusik dengan penghinaan kedaulatan oleh Belanda.
Peringatan hari pahlawan tahun ini merupakan momentum yang tepat untuk mengingatkan kembali bahwa masyarakat dan pemkot Surabaya mempunyai musuh bersama yang harus diperangi dengan semangat militanisme ala Bonek.
Musuh bersama itu adalah empat tantangan terbesar yang harus dibereskan dengan segera, yaitu pengentasan kemiskinan, pemberantasan pengangguran, pemerataan pendidikan, dan pemecahan masalah kemacetan.
Perjuangan tidak pernah selesai, karena kita adalah masyarakat dan bangsa pejuang.
Anang Nurprianto (Alumnus UGM)
0 komentar:
Posting Komentar